Negara Indonesia Dalam Ancaman Besar, Apa Itu? Simak Penjelasan Berikut ini

Narasumber : H.Totong Solehudin, S.Sos, M.Si. Sekretaris Dewan DPRD Kota Cimahi.

CIMAHI – Berbicara tentang Wawasan Nusantara, yakni cara pandang kita terhadap cara masyarakat berbangsa dan bernegara dari berbagai aspek Politik, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan (Poleksosbudahankam) dalam rangka menuju cita-cita negara mewujudkan kesejahteraan masyarakat adil dan makmur.

Penjewantahannya tentu diawali dari dasar pemikiran sederhana, jauh sebelum negara bahwa negara kecil itu adalah keluarga, bahkan jauh sebelum keluarga negara kecil itu adalah pribadi. Kumpulan dari pribadi-pribadi kemudian membentuk keluarga, dan kumpulan dari keluarga-keluarga kemudian membangun sebuah negara dan di dalamnya ada kebangsaan. Mau deduktif maupun induktif sama saja, itu hanya cara saja kita dalam mengurainya.

Mari kita coba mengupas dari hal yang terkecil, bahwa setiap pribadi adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Jadi organisasi terkecil itu pada dasarnya yang dibentuk oleh Allah itu tubuh kita, kalau ada yang sakit satu saja, maka akan dirasa oleh organ tubuh yang lain dan itu menjadi struktur yang berkesinambungan. 

Maka dari itu cara pandang kebangsaan, jika dijalankan harus ada analisa SWOT yakni kita harus paham benar kekuatan, kelemahan internal maupun eksternal peluang dan ancaman negara. Dan salah satu kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah penduduk yang besar.

Justru yang menarik bagi kita, yakni mari kita kupas tentang ancaman negara Indonesia yaitu mulai dari tantangan, hambatan, gangguan dan ancaman itu sendiri. Dan ancaman kita itu bukan negara lain, pada dasarnya adalah kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan atau tidak percaya diri.

1. Kebodohan.

Intelektual sangat diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jika negara itu rakyatnya atau warganya bodoh maka akan sangat mudah ditipu oleh negara lain. Kalau seandainya kita itu tertipu, itu bukan berarti si penipu itu lebih hebat atau pintar tapi lebih pada arti kitalah yang bodoh. Atau dgn kita lain bila kita pintar atau cerdas maka InsyaAllah tidak akan ada yang bisa menipu kita. Bagaimana negara kita ini biar tidak bisa ditipu, berarti rakyatnya harus cerdas.

Baca Juga :  APPSI Jabar Sebut Pencopotan Menteri Perdagangan Oleh Presiden RI Dinilai Terlambat

2. Kemiskinan.

Itu juga ancaman terbesar, kenapa orang miskin itu menjadi ancaman? karena miskin biangnya fakir, dan fakir itu sangat dekat dengan kufur atau ingkar. Sehingga kemiskinan itu sangat mudah digoyah, begitu pula kalau negara Indonesia itu rakyatnya miskin, maka akan sangat mudah dihancurkan oleh negara lain. Dan itu menjadi Pekerjaan Rumah (PR) besar bagaimana rakyat Indonesia itu biar tidak miskin?. Peningkatan infrastruktur dan pemerataan pembangunan adalah sebagai salah satu solusi dalam meningkatkan perekonomian bangsa.

3. Keterbelakangan atau tidak percaya diri.

Apa itu keterbelakangan? yakni kurangnya kepercayaan atas potensi diri dalam persaingan. Di era globalisasi dan digitalisasi diperlukan keseimbangan antara kemampuan intelektual, emosional dan spiritual. Potensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia harus berani tampil dan bersaing di Internasional. 

Jadi kesimpulannya, bahwa musuh kita negara Indonesia adalah bukan Amerika, Cina, Australia, Inggris atau yang lainnnya. Musuh kita dan ancaman terbesar negara Indonesia adalah tiga faktor tersebut. Jika kita sudah kuat dan mampu mengatasi kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, niscaya negara Indonesia akan percaya diri bersaing dengan negara- negara lain di dunia.

Kalau boleh menganalogikan tentang ancaman yg dihadapi ibarat binatang buas seperti macan sekalipun, tetapi dihadapan seorang pawang ternyata macan itu begitu jinak, penurut bahkan menggerakkan karena bisa memuaskan bukan hanya pawangnya tapi juga yg melihatnya. Dan itulah bentuk kolaborasi saling menguntungkan semua pihak. Macannya sehat karena dirawat dengan baik, pawangnya diuntungkan dengan meningkatnya income sebanding lurus dengan banyaknya penonton yang terpuaskan.

Apakah Benar di tahun 2030 negara Indonesia akan hilang?

Boleh jadi hal tersebut bakal terjadi, namun bukan negaranya yang hilang akan tetapi jati dirinya. Kenapa demikian? karena di era globalisasi, dengan semua kecanggihan teknologinya. Yang diharapkan musuh kita tersebut maaf bukan lambangnya bukan pula wadahnya, tapi sumber dayanya.
Dan tentu itu tidak boleh terjadi, jelas sangat membahayakan eksistensi bangsa dan negara kita.

Baca Juga :  Peparnas XVI Papua 2021, Jabar Optimis Juara Umum

Dan kalau kita biarkan ancaman kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Maka tidak menutup kemungkinan prediksi bangsa Indonesia bakal terhapus itu tidak disalahkan, karena bangsa Indonesia hanya tinggal wadahnya saja tidak ada isinya atau konten ruhnya. 

Bagaimana mana mengantisipasi ancaman tersebut?

Tentu yang harus diantisipasi terhadap kemungkinan terburuk tersebut, maka yang harus kita lakukan adalah optimalkan kekuatan kita, meminimalisir kelemahan kita, ambil bahkan ciptakan peluang sebesar-besarnya serta meminimalisir ancaman-ancaman. 

Semakin seksama pemetaan SWOT kita, akan mempermudah menentukan strategi yg tepat yang memadukan Ruang, Waktu dan Konten (momentum) sebagai Road Map untuk menuju cita2 luhur dan luhung yaitu Negara yang adil dan makmur berdasarkan ideologi Pancasila dan UUD’45 dalam wadah NKRI dg keragaman Bhinneka Tunggal Ika.

Sebelum diakhiri mari kita simak pepatah Arab yg sederhana yaitu

“Barang siapa yang tahu dirinya, maka dia akan tahu siapa Tuhannya”

Jadi ketika kita tahu siapa Tuhan kita, maka kita akan tahu siapa kita dan apa yg seharusnya kita kerjakan baik sebagai pribadi atau keluarga maupun sebagai warga bangsa. Bukankah mencintai Negara itu sebagian dari Iman?..  Maka jelas tidak terbantahkan bahwa sebagai Warga bangsa kita mempunyai kewajiban utk membangun dan memajukan serta menjaga keutuhan NKRI dari berbagai ancaman baik internal maupun eksternal, tanpa kecuali. (Red).**