News  

BAPPEDA Garut Gelar FGD Model Pemberdayaan Desa Siaga Aktif Mandiri

GARUT, Desa Siaga Aktif merupakan sebuah gerakan dimana semua masyarakat terlibat penuh dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya. Sri Sudartini, sebagai kandidat pada Program Doktor Ilmu Sosial Bidang Konsentrasi Umum Ilmu Administrasi Publik Universitas Pasundan Bandung memaparkan hasil penelitiannya, menuturkan, model Desa Siaga Aktif ini didorong oleh pemerintah desa dan unsur-unsur masyarakat sehingga bisa nantinya dijadikan sebuah perencanaan yang terstruktur.

“Dan juga ada implementasi yang efektif, dan juga ada monitoring yang memang berkelanjutan, dan juga bisa memberikan gambaran tentang bagaimana pembangunan kesehatan di wilayahnya,” ucapnya usai mempresentasikan hasil penelitiannya, di Aula BAPPEDA Garut, Jalan Patriot, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Selasa (19/7/2022).

Ia menyampaikan bahwa pihaknya saat ini tengah mengembangkan sebuah model, dimana pemberdayaan masyarakat desa itu bisa berjalan dengan efektif melalui model desa siaga aktif.

“Di dalam strata desa siaga aktif itu ada strata tertinggi adalah strata desa siaga aktif mandiri, kalau sudah mandiri berarti sudah secara otomatis masyarakatnya sadar bahwa dia sebagai individu juga bertanggung jawab berpartisipasi aktif didalam menyelesaikan masalah tersebut di wilayahnya,” tandasnya.

Sudartini mengungkapkan, jika desa aktif siaga sudah berjalan, maka program penurunan kasus stunting di Kabupaten Garut dapat segera dimaknai mulai dari aspek penyebab dan kondisinya, sehingga nantinya akan ditindaklanjuti dengan penguatan dari pengambil kebijakan kemudian secara berjenjang menjadi sebuah kebijakan.

Sudartini yang juga Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, memaparkan, urgensi dari model ini terhadap prevalensi stunting di Kabupaten Garut ini mengingat stunting adalah kasus yang serius, di mana stunting merupakan suatu kondisi gagal tubuh dari seorang balita yang sebagian kasusnya diikuti dengan adanya keterbelakangan perkembangan kognitif anak.

Baca Juga :  Have a Preteen or Teen? Protect Them Against Serious Diseases

“Nah ini menurut WHO, ketika prevalensinya diatas 20% artinya di sebuah wilayah tersebut terjadi permasalahan gizi masyarakat yang serius, sehingga ketika ada strata dari mulai prevalensi sangat tinggi, sampai dengan tinggi, dan sedang itu menjadi sebuah warning kepada pemerintah kabupaten kota dan provinsi harus ada sebuah penanganan serius terhadap penurunan prevalensi stunting tersebut,” ucapnya.

Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Garut, Agus Kurniawan, sebelumya membuka Forum Group Discussion (FGD) ini dengan topik Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Siaga Aktif Mandiri Dalam Upaya Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting di Kabupaten Garut, dihadiri perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang tergabung dalam Tim Percepatan dan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Garut,

Agus Kurniawan mengatakan, dalam kesempatan ini pihaknya memfasilitasi penelitian program doktoral dari Kepala Bidang (Kabid) Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Sri Sudartini yang saat ini sedang melakukan penelitian dengan membangun suatu model pemberdayaan masyarakat terkait penurunan stunting melalui Desa Siaga Aktif.

“Jadi terkait dengan desa siaga aktif ini alhamdulillah kita dari tahun 2020 ini ada peningkatan, tadi ada beberapa status desa siaga, yang ini untuk yang paling tinggi nya kita ada peningkatan dari tahun 2020,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, dalam FGD ini pihaknya mendorong terutama dari sisi regulasi yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat di desa, dimana desa sendiri merupakan unsur terdekat di masyrakat.

“Juga mengkolaborasikan tadi ada beberapa bentuk-bentuk pelaksanaan yang polanya pemberdayaan yang ada di setiap perangkat daerah, yang ini perlu nanti disatupadukan, sehingga nanti dapat mencapai harapan yang tadi kalau penurunan stunting ya penurunan stunting gitu seperti itu,” ungkapnya.

Baca Juga :  Dianggap Tidak Adil, PT. RPP Beri Bantuan CSR Pada Warga Lampung

Ia berharap, melalui FGD ini model terkait pemberdayaan siaga aktif ini dapat disempurnakan lagi sehingga nanti hasilnya dapat dilihat di pertemuan yang selanjutnya. (Red).*