Budaya  

Luar Biasa, 30 Tahun Bule Ini Dedikasikan Untuk Pencaksilat

Reporter : Liputan Khusus

JAKARTA – Pencaksilat salah satu budaya Indonesia itu ternyata banyak dicintai oleh warga dari negara lain. Bahkan tidak sedikit yang mendedikasikan hidupnya untuk pencak silat, salah satu Erik Kruk.

Krux adalah warga negara Amerika Serikat (AS) yang berlatih pencak silat selama hampir 30 tahun. Dia mempunyai perguruan tak hanya di AS, namun juga di Eropa.

Menurut keterangan pers Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) Los Angeles. Seperti dilansir Sindonews pada Minggu (21/3/2021), Kruk mengaku awalnya dia mengagumi bela diri Bruce Lee yaitu Jeet Kune Do dan Wing Chun, kemudian sang guru Paul Marrero mengenalkan Kruk dengan seni Pencak Silat. Kruk kemudian menyadari bahwa Pencak Silat mempunyi filosofi yang sama dengan bela diri yang dikagumi Bruce Lee, yaitu ‘open mindness’.

BACA JUGA

“Saya sangat mengagumi bela diri asal China, yaitu Wing Chun. Untuk itu, saya menyadari bahwa Bruce Lee dan Pencak Silat mempunyai filosifi yang serupa, yaituopen mindness,” ujar Kruk.

Ketika sang guru mempraktikan Pencak Silat, Kruk melihat bahwa gerakan Pencak Silat dapat berdaptasi dengan gerakan bela diri lainnya. Dia mengaku takjub betapa rileksnya sang guru saat melakukan gerakan tersebut.

Setelah itu Kruk diperkenalkan dengan guru asal Indonesia yaitu Herman Suwanda yang sangat memahami dan mendalami aliran Pencak Silat Mande Muda. Sejak itu, Kruk mendedikasikan dirinya kepada Pencak Silat hingga saat ini.

Untuk mendalami Pencak Silat, Kruk datang dan tinggal selama beberapa tahun di Indonesia.Dimulai tahun 1997 mengunjungi Jawa Barat untuk mempelajari Pencak Silat aliran Cimande, yang pada akhirnya selain belajar Pencak Silat, dirinya juga mempelajari Islam.

Baca Juga :  Sepakat Menolak LGBT, Pemerintah Garut Bentuk Pansus Raperda Khusus LGBT

Semenjak tahun 1999 hingga 2007, Kruk memperkaya ilmu Pencak Silat dari Edward Lebe asal Sumatera Barat yang sangat menguasai salah satu aliran tradisional dari Pencak Silat, Baringin Sakti.

Setelah mempelajari ilmu Pencak Silat di Indonesia, Kruk kembali ke AS dan membuka perguruan Pencak Silat. Tak hanya pria, Kruk juga melatih pelajar wanita. Menurutnya, wanita harus dibekali ilmu Pencak Silat yang berbeda dari pria sebagai upaya proteksi diri.

READ ALSO

Kruk mengaku bahwa seiring dengan berjalannya waktu, dia tak lagi menjadi dirinya yang dulu. Kini fokusnya atas Pencak Silat sudah bergeser dari seorang yang ingin berkelahi menjadi seseorang yang ingin lebih mendalami kebudayaan Indonesia. Tak hanya itu, dia juga ingin menjadi lebih baik dengan memberikan santunan dan donator di beberapa rumah yatim di Indonesia.

“Jika saya diberikan bakat untuk Pencak Silat, saya harus berbagi hasil bakat saya kepada orang-orang yang membutuhkan,” ungkapnya.

Dia mempercayai bahwa dirinya harus menjadi guru yang baik dan membimbing muridnya untuk terus berkembang menjadi lebih baik. Dia mengakui bahwa dirinya sangat selektif dalam memilih muridnya, diakuinya pertimbangan utama untuk memilih murid yaitu memiliki hati dan kualitas diri yang baik.

Pria berkepala pelontos itu mengakui bahwa salah satu tantangan dalam mempromosikan Pencak Silat kepada masyarakat luas adalah ketika ia harus mencari pribadi yang baik dan tulus.

Kruk berprinsip bahwa dia agak selektif dan ekstra hati-hati dalam merekrut calon murid, hal tersebut karena jika dia mengajarkan Pencak Silat kepada orang yang salah, maka citra Pencak Silat akan direpresentasikan dengan cara yang salah. (Red).***