Reporter : Liputan Khusus
CIMAHI – Upaya untuk menguatkan ketahanan dan kesiapsiagaan terhadap bencana menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan melihat letak geografis dan iklim Indonesia yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi.
Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Daerah Kota Cimahi menggelar Kegiatan Sosialisasi Mitigasi Bencana Tahun 2022 bertempat di Aula Gedung A Pemerintah Daerah Kota Cimahi (23/5). Tujuan diselenggarakannya Sosialisasi Mitigasi Bencana ini adalah untuk penguatan kapasitas kawasan dalam pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana alam.
Kegiatan Sosialisasi Mitigasi Bencana dihadiri oleh 120 orang peserta yakni PKK Kecamatan, Karang Taruna Kota, Karang Taruna Kecamatan, Karang Taruna Kelurahan, LPM Kelurahan, Relawan PB Kelurahan, FPRB Kota, FPRB Kelurahan, PMI Kota Cimahi, serta para Ketua RW yang wilayahnya berpotensi terdampak bencana.
Secara geologis Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan akan ancaman bencana. Menyikapi hal tersebut mitigasi harus dijadikan prioritas utama Pemerintah Pusat maupun Daerah, termasuk Pemerintah Daerah Kota Cimahi.
Mitigasi bencana di wilayah Kota Cimahi merupakan langkah antisipasi untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat sebagai salah satu wilayah yang rentan berpotensi adanya berbagai bencana, baik bencana alam, non alam dan sosial atau maupun gabungan dari semua bencana tersebut.
Plt. Wali Kota Cimahi, Letkol (Purn.) Ngatiyana dalam sambutannya menyampaikan bahwa semua komponen ataupun stake holder yang ada di Kota Cimahi harus berperan secara aktif dalam upaya mengurangi dan memperkecil dampak bencana yang ditimbulkan di suatu daerah ataupun masyarakat yang terkena bencana.
“….Bencana merupakan urusan bersama tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja tapi menjadi urusan Bersama,” tukas Ngatiyana.
Ngatiyana menyebutkan ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana, di antaranya adalah penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana, ketersediaan informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana, sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, edukasi mengenai tata cara evakuasi dan penyelamatan diri pada saat terjadi bencana.
“Untuk mewujudkan tersebut tentunya harus adanya persepsi yang sama yang implikasinya terjalinnya komunikasi serta koordinasi dengan baik antara pemerintah dan masyarakat,” ujar Ngatiyana.
Ia menyebutkan upaya-upaya mitigasi dapat dikembangkan berdasarkan pada situasi di wilayahnya masing-masing sesuai dengan jenis bencana yang mungkin berpotensi terjadi, dengan pola-pola kearifan lokal sekalipun dapat diterapkan sebagai langkah kongkrit terhadap upaya-upaya mitigasi bencana dengan kata kunci menjaga prilaku yang baik, menjaga kehidupan keberlangsungan kelestarian alam sekitar.
Ngatiyana berpesan seluruh lapisan masyarakat Cimahi untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap bahaya bencana dengan meningkatkan pengetahuan kebencanaan terlebih kepada masyarakat yang tinggal di daerah yang rawan bencana.
Kepada awak media, Ngatiyana mengungkapkan potensi bencana yang harus diwaspadai oleh masyarakat Kota Cimahi adalah bencana alam dan bencana non alam, termasuk Sesar Lembang karena Cimahi menjadi perlintasan dari jalur Sesar Lembang Kabupaten Bandung Barat yang mengarah ke Ujung Berung atau Manglayang. Sehingga dengan penguatan mitigasi bencana diharapkan masyarakat akan semakin waspada dan siap siaga bilamana terjadi bencana serta mengetahui apa yang harus dilakukan Ketika terjadi bencana.
Hadir sebagai narasumber pada kegiatan Sosialisasi Mitigasi Bencana, Hadi Saputra, M.Si. Koordinator Bidang Data dan Informasi STAKLIM Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bogor dan Dr. Supartoyo, ST., MT Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Geologi Pusat Vulkanologi Mitigasi bencana Geologi (PVMBG).
(Bidang IKPS/DY)