Budaya  

Phinera Wijaya, Inisiator Pembangunan Gedung Budaya Pencak Silat

H.Phinera Wijaya,SE, (Kanan) Ketua Umum Pengprov IPSI Jawa Barat, bersama Sekum H. Yusup Munawar, MM (kiri) . Foto (Dok.Istimewa).*

SUMEDANG – Dihadiri Perwakilan PB IPSI, Sugiono Anggota DPR RI Komisi I dan Sekjen PB IPSI Benny Sumarsono, Sekum IPSI Jabar Yusup Munawar serta Bupati Sumedang dan Komisi V DPRD Jawa Barat, Gedung Budaya Pencak Silat diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat melalui Kadis Perkim Jabar, Jum’at (31/08/2023).

Gubernur mengatakan keberadaan Gedung Pusat Pencak Silat tersebut menjadi bukti komitmen Pemda Provinsi Jabar untuk terus mengembangkan dan melestarikan pencak silat sebagai wajah kebudayaan Indonesia, khususnya Jabar.

“Pencak silat merupakan warisan budaya yang harus terus dilestarikan, seperti halnya alat musik angklung yang bisa mendunia. Pencak silat dapat menjadi etalase wajah kebudayaan dan pendidikan di Indonesia, khususnya di Jabar,” ucapnya.

Seperti diketahui, Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Provinsi Jawa Barat, Phinera Wijaya, adalah sosok penting di balik berdirinya Gedung Pusat Budaya Pencak Silat di Jawa Barat.

Gagasan kampung pencaksilat tersebut berawal dari rapat terbatas kang Icak dan pengurus IPSI Jabar beserta Tim Arsitek untuk ekspose di Gedung Pakuan bersama Gubernur Jawa Barat, M. Ridwan Kamil, di saat masih pandemi Covid-19, Jum’at (27/11/2020) dua tahun lalu.

Saat itu, Ridwan Kamil mengatakan pihaknya menyetujui gagasan yang di gulirkan oleh Pengprov IPSI Jabar terkait rencana pembangunan kampung pencak silat di Jatinangor.

“Alhamdulillah, ini adalah niat mulia kita bersama untuk melestarikan pencak silat sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Jika ini terwujud maka akan menjadi sejarah buat anak cucu kita,” kata Gubernur Jawa Barat.

Kendati demikian kata kang Emil, tentunya, harus dilakukan survei lokasi dari Tim Surveyor dan hasil kajian yang matang serta obyektifitas.

Baca Juga :  Polemik IPSI Kabupaten Sukabumi, Komdis IPSI Jabar: "IPSI Harus Netral, Jangan di Politisir Kepentingan"

“Mumpung saya Gubernurnya, kang Icak sebagai DPRD nya mari kita sama-sama kawal dan realisasikan kampung Pencak Silat,” tutur kang Emil saat menerima paparan Tim Arsitek ITB dan Pengprov IPSI Jabar. Jum’at (17/11/2020).

Tidak sampai disitu, perjuangan gigih kang Icak beserta Pengurus IPSI Jabar terus berlanjut hingga beberapa kali ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, merujuk arahan dan rekomendasi Gubernur Jawa Barat, imbuh dia.

“Luar biasa, responshif Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk mendorong terwujudnya kampung pencak silat patut kita apresiasi,” ungkap kang Icak.

Diakuinya, meski banyak polemik dari hasil kajian analisis anggaran, pada akhirnya muncul DED (Detail Engineering Design) dengan angka berkisar 30 miliar.

Jadi, perlu di ingat tidak serta merta muncul pembangunan Gedung Pusat Pencaksilat, tanpa ada usulan dan perencanaan oleh Pengprov IPSI Jawa Barat sebagai inisiatornya.

Jika kita melihat flashback sebelum membangun gedung pencak silat ini, perjuangan Kang Icak berawal dari pengukuhan identitas pencak silat sebagai warisan budaya tak benda milik bangsa Indonesia melaui sidang UNESCO, Intergovernmental committee for safeguarding of the intangible culture heritage (IHG) di Bogota, Colombia. (12/12/2019) lalu.

“Kita bolak-balik ke Paris (UNESCO), kita tampilkan pencak silat disana. Semua itu, atas dukungan pemprov Jabar tentunya,” tandas kang Icak.

Meski eksistensi Kang Icak sejak lama berkutat di dunia politik, yakni sebagai Ketua Komisi III DPRD Jawa Barat, namun baginya seni bela diri Pencak Silat sudah mendarah daging. (Red).*