Budaya  

Toleransi Kebablasan, Layakkah Jadi Percontohan

Oleh : Ummu Fahhala
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

SETIAP menjelang momen Nataru selalu diserukan toleransi antar umat beragama, dari mulai pemerintah pusat sampai pemerintah daerah mengajak warganya dan melakukan upaya untuk memperkuat toleransi beragama. Bagaimana konsep toleransi dalam pandangan Islam?

Toleransi, kata ini sering disampaikan khususnya kepada umat Islam apalagi menjelang perayaan nataru (natal dan tahun baru). Seolah sikap umat Islam terhadap perayaan nataru menjadi tolok ukur seberapa jauh umat Islam bersikap toleran.

Jika ada umat Islam yang berpartisipasi dalam perayaan akan disebut sebagai umat Islam yang toleran, cinta damai dan sejenisnya. Sebaliknya, jika ada umat Islam yang tidak menghadiri atau tidak mengucapkan selamat natal, maka dengan mudah umat Islam yang mengambil sikap demikian langsung dicap intoleran.

Padahal praktik toleransi dalam arti ikut berpartisipasi serta mengamalkan ajaran agama lain sejatinya sikap tersebut bertentangan dengan akidah dan ajaran Islam. Praktik toleransi seperti itu ditolak dengan tegas oleh Rasulullah Saw.

Dalilnya ketika Rasulullah masih di Mekah, ada beberapa tokoh kafir Quraisy menemui beliau, mereka adalah Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Al-Muthalib dan Umayyah bin Khalaf. Mereka menawarkan toleransi dengan dengan menawarkan kepada Nabi Muhammad Saw secara bergantian menyembah Tuhan dari umat Islam dan juga Tuhan mereka dan bertoleransi dalam segala permasalahan agama. Tawaran toleransi ini ditolak tegas oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya melalui turunnya surat Al-Kafirun.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya Al-Jami li Ahkam Al-Quran, namun seruan toleransi yang bertentangan dengan ajaran Islam justru kembali berulang.

Hal ini terjadi karena tidak ada penjagaan dari negara atas akidah umat. Negara sekuler tidak menjadikan apa yang sudah Rasulullah Saw contohkan sebagai sumber aturan. Negara sekuler kapitalisme mengusung ide-ide barat, asas ide-ide barat syarat dengan prinsip kebebasan tanpa ikatan dengan aturan Allah Swt. dan Rasul-Nya.

Baca Juga :  SMK PI Gelar Fashion Show Kebudayaan, Peringati Hari Kartini

Padahal prinsip demikian bertentangan dengan akidah umat Islam. Alhasil, masyarakat terutama umat Islam tidak bisa memahami syariat toleransi dengan benar. Atas nama HAM sebagai pijakan dan ditambah masifnya kampanye moderasi beragama membuat umat makin jauh dari pemahaman toleransi yang lurus.

Negara sekuler kapitalisme tidak menjaga akidah umat Islam. Karena itu, umat Islam membutuhkan adanya reminder sebab kecenderungan masyarakat makin longgar. Umat Islam Jangan sampai terkecoh dengan ide-ide barat yang memang sengaja diaruskan kepada umat Islam termasuk pada momen nataru setiap akhir tahun.

Umat Islam perlu waspada dan menjaga agar tetap dalam ketaatan kepada Allah Swt. Islam memiliki definisi yang jelas soal toleransi dan konsep yang jelas dalam interaksi dengan agama lain.