Toleransi dalam Islam
Praktik toleransi yang diajarkan Rasulullah Saw. ialah umat Islam membiarkan umat non muslim melakukan peribadatannya tanpa perlu ikut berpartisipasi sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surah Al-Kafirun.
Toleransi dengan orang non muslim tidak boleh mengurangi keyakinan Islam sebagai satu-satunya agama yang benar, yang lain salah dan satu-satunya jalan keselamatan di akhirat yang lain tidak, sebagaimana dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 19.
Toleransi dilakukan dengan tidak memaksa non muslim untuk meyakini Islam berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 256, mereka cukup didakwahi atau diajak masuk Islam. Jika menolak, mereka dibiarkan memeluk agama yang mereka yakini.
Toleransi tidak boleh mengurangi keyakinan bahwa penerapan syariat Islam secara menyeluruh (kafah) akan memberikan rahmat bagi seluruh umat manusia, muslim dan nonmuslim berdasarkan Al-Quran surah Al-Anbiya ayat 107.
Meski demikian, Islam membolehkan umat Islam bermuamalah dengan non muslim seperti jual beli, sewa menyewa, ajar mengajar dalam saintech dan lain-lain. Islam pun memerintahkan agar umat Islam berbuat baik dan berperilaku adil terhadap non muslim berdasarkan Al-Quran surat Al-Mumtahanah ayat 8.
Inilah toleransi syar’i yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. toleransi seperti ini akan menjaga kemurnian akidah umat Islam dari ide-ide barat seperti pluralisme, moderasi beragama dan sejenisnya. Selain itu, praktik toleransi syari’ akan menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat.
Namun perlu dipahami, toleransi syari’i bukan sekedar amalan individu dan masyarakat, tapi amalan yang harus dilakukan oleh negara. Negara yang bisa melakukannya adalah negara yang menerapkan Islam secara kafah dalam segala aspek kehidupan. Hal itu telah terbukti dalam sejarah peradaban Islamn yang gemilang. (Red).*