H. Hasim Adnan,S,Ag Sekretaris Komisi III DPRD Jawa Barat ( Nomor 4 dari kiri), saat tinjau langsung lokasi jembatan terbawa arus di Desa Bojongsari, Nyalindung Sukabumi. Jumat (01/07).
Reporter : Liputan Khusus
SUKABUMI,- Berita terkait anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan MTs sedang menyeberangi sungai Citalahab yang berada di Kampung Cipiit RT 04/06, Desa Bojongsari, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, kembali mencuat dan diangkat oleh beberapa media. Hal ini tak lepas dari minimnya perhatian dari pemangku kepentingan dan lambannya respon birokrasi yang mestinya sigap dalam menjawab permasalahan dan memberi solusi yang terjadi di masyarakat.
“Sehari setelah berita soal anak-anak sekolah ini muncul di beranda media sosial yang saya punya. Saya langsung kontak pengurus PAC PKB Kecamatan Nyalindung. Saya tugaskan mereka untuk menemui warga dan beberapa tokoh, termasuk Kepala Desa setempat untuk menggali informasi tambahan sebelum saya datang ke lokasi jembatan yang hanyut tersebut”, papar Hasim Adnan.
Hasil dari penelusuran tim yang diterjunkan ke lapangan, salah satunya mengabarkan betapa lambannya respon dari pejabat pemerintahan di level kecamatan. Hal tersebut dibuktikan dengan permintaan pembuatan Berita Acara yang baru diminta kepada Pemerintahan Desa. Padahal kejadian putusnya jembatan penyeberangan sudah enam bulan yang lalu. Itupun setelah tim mengabarkan kepada Kepala Desa dan tokoh masyarakat setempat terkait rencana kedatangan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat.
Terlihat anak-anak sekolah menyeberangi sungai di Desa Bojongsari, Nyalindung Sukabumi, jembatan putus akibat terbawa arus sungai. (Foto.dok.Istimewa).*
“Terus terang saya merasa heran, kenapa Pemdes (Pemerintah Desa) baru diminta oleh pihak Kecamatan untuk membuat Berita Acara terkait insiden hanyutnya jembatan karena terbawa arus sungai Citalahab yang meluap, yang kejadiannnya sudah berbulan-bulan,” tanya Hasim.
Hasim menyayangkan minimnya atensi dan lambannya respon dari pihak-pihak terkait terhadap persoalan tersebut. Meski demikian, pihaknya sudah menghubungi tim Vertical Rescue Indonesia yang biasa membuat jembatan gantung untuk datang ke lokasi kejadian.
“Saya sudah komunikasi dengan Kang Tedi, Komandan Vertical Rescue Indonesia, terkait persoalan ini. Saya bilang ke beliau untuk bisa segera survey ke lokasi agar bisa dihitung, berapa kebutuhan biaya untuk pembangunan jembatan gantung di sana. Dan Alhamdulillah, sudah direspon dengan baik ”, ujar Hasim.
Meski sudah ada respon, Komandan Vertical Rescue Indonesia (VRI) baru bisa mengagendakan survey ke lokasi setelah selesai kegiatan di Kabupaten Sumedang. Sementara pihak Hasim, awalnya baru mau akan survey ke lokasi setelah tim dari VRI terlebih dahulu melakukan survey.
“Jadi skema awalnya, tim dari VRI saya minta untuk survey lebih dulu ke lapangan, agar saya dapat gambaran awal perkiraan kebutuhan biaya pembangunan jembatan gantung. Hanya saja, tim VRI masih ada agenda yang harus dituntaskan, sehingga belum bisa survey dalam waktu dekat. Tapi semoga masih di bulan Juli inilah”, terang pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Komisi III DPRD Jabar ini.
Mengingat kedatangan tim VRI ke lokasi baru bisa dilakukan selepas agenda mereka di Kabupten Sumedang, pada akhirnya Hasim memutuskan untuk lebih dulu terjun langsung mendatangi lokasi pada Jumat (1/7/22).
Hasil dari kunjungan langsung ke lokasi dan setelah berdialog dengan Kades Bojongsari beserta beberapa tokoh setempat, Hasim berkomitmen untuk membantu pembangunan jembatan gantung yang baru dengan melakukan kolaboraksi dengan berbagai pihak yang bisa diajak untuk menjawab dan memberi solusi konkret terhadap permasalahan ini.
“Insya Allah saya berkomitmen untuk segera bisa membantun pembangunan jembatan gantung yang baru. Dan Alhamdulillah, saya juga mendapatkan keseriusan dari warga sekitar terkait komitmen untuk melakukan ini semua dengan semangat gotong royong. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga nanti dalam pemeliharaan ketika jembatan gantung sudah selesai dibangun”, pungkas Hasim. (Red). ***