Tampak dalam foto, Alek (Kiri) Fitri Wahidin (Kanan). Foto Dokumen (Istimewa).
Reporter : Liputan Khusus
SUKABUMI, – Pernyataan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang mengatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya tak punya pengaruh di PKB mendapat respon dari Ishfah Abidal Aziz, alias Alex.
Menurut Alex, Cak Imin dinilai arogan dengan mengatakan bahwa Gus Yahya tak punya pengaruh di PKB dan sudah kehilangan akhlak komunikasi. Bahkan lebih jauh, menurut pria yang juga salah satu Stafsus Menteri Agama tersebut, membandingkan kontribusi PKB ke NU yang tidak sebanding dengan kontribusi NU kepada PKB.
Namun, pernyataan Alex di atas malah ditanggapi santai oleh Fitri Wahidin, Ketua Ranting Desa Palasarihilir, Kabupaten Sukabumi. Menurutnya, Alex tidak paham konteks pernyataan Cak Imin yang sedang membicarakan soliditas PKB. Merujuk berbagai hasil suvey, semua menempatkan PKB sebagai parpol dengan pemilih paling loyal.
“Jadi mestinya Alex paham konteks lah, ga mesti segitunya kalau mau cari muka di hadapan Ketum Gus Yahya. Apalagi sampai menyoal soal darmabhkati PKB ke NU, yang menurut saya sudah tidak usah dipertanyakan lagi”, timpal Fitri.
“Jangan sampai ada anggapan, bahwa respon Alex terhadap Cak Imin tersebut, sebagai pelampiasan kekecewaan karena dirinya gagal jadi anggota dewan pada Pileg 2019 yang lalu. Padahal kegagalan setiap orang dalam Pileg kan tidak harus dituduhkan karena kesalahan di luar dirinya,” sambung Fitri.
Lebih lanjut Fitri mengafirmasi pernyataan Cak Imin, bahwa kader PKB dari tingkat pusat hingga akar rumput memang benar-benar solid. Sekaligus membenarkan ketika Gus Yahya yang baru terpilih sebagai Ketum PBNU, pernah mengeluarkan pernyataan bahwa PBNU tidak akan menjadi corong PKB dan tidak boleh menjadi alat dari PKB.
“Sebagai kader PKB yang ada di akar rumput, saya merasakan bagaimana ghiroh perjuangan para kader begitu dahsyat. Bahkan ketika ada upaya-upaya yang hendak membentur-benturkan PKB dengan NU, kami selalu bisa menghadapinya dengan tenang. Mengapa bisa begitu, karena memang bagi kami selaku kader PKB, tidak mungkin menjadikan NU sebagai corong PKB apalagi jadi alat politik PKB”, timpal Fitri.
“Bahkan, bagi kami selaku kader, PKB sejatinya merupakan corong bagi NU dalam bidang akidah ahlusunnah waljama’ah, sekaligus sebagai alat kepentingan dan kepanjangan tangan NU, dalam bidang siyasah (politik)”, tambah pria yang juga akrab dipanggil Cep Idul ini.
Hal tersebut, demikian lanjut Fitri, selaras dengan tiga azas yang mendasari garis perjuangan PKB sejak didirikan. Pertama, azas assiyasatu juz-un min aj-zaisy syari’ah yang artinya politik adalah bagian dari syariah. Kedua, azas assiyasatu mabniyatun ‘ala ‘aqidatiha atau politik dibangun atas dasar ideologinya. Ketiga, azas assiyasatu istishlahu annas ila at thoriqi al munji dunyan wa ukhron. Artinya, politik adalah upaya untuk kemaslahatan bagi umat manusia menuju jalan yang menyelamatkan dunia dan akhirat. (Red). ***