Dalam paradigma Islam, penguasa atau pemimpin mestilah menjadi perisai bagi umat karena ia bertanggung jawab penuh terhadap segala hal yang menimpa umat. Dalam konteks kebencanaan, para pemimpin Islam dituntut untuk melakukan berbagai hal demi mencegah bencana, sekaligus menghindarkan masyarakat dari risiko bencana. Yang paling mendasar adalah dengan cara menerapkan aturan dan kebijakan yang tidak merusak lingkungan atau melakukan dan membiarkan hal-hal yang bisa mengundang azab Allah Swt..
Bencana memang ketetapan Allah swt. Namun, Islam memiliki seperangkat aturan dan tuntunan dalam menghindari, sekaligus menghadapinya, termasuk mitigasi bencana.
Dalam hal ini, pemimpin Islam akan membuat berbagai kebijakan khusus, mulai dari penataan lingkungan dikaitkan dengan strategi politik ekonomi Islam yang menjamin kesejahteraan orang per orang. Juga sistem keuangan, pertanahan hingga sanksi untuk mencegah pelanggaran.
Adapun di tempat-tempat yang rawan bencana, harus ada kebijakan yang lebih khusus lagi. Tentu tidak hanya menyangkut kesiapan mitigasi risiko, tetapi juga soal manajemen kebencanaan. Mulai dari pendidikan soal kebencanaan, pembangunan infrastruktur, serta sistem peringatan dini dan penanganan bencana yang lebih sistemik dan terpadu. Begitupun soal sistem logistik kedaruratan, serta sistem kesehatan yang menjadi bagian integral dari sistem penanganan terpadu kebencanaan benar-benar akan diperhatikan. Berbagai riset dan inovasi juga akan dilakukan oleh para ahli sebagai upaya mitigasi dan menghindari bencana dengan dampak yang lebih besar.
Semua ini sangat mungkin dilakukan karena ditopang dengan sistem keuangan Islam yang sangat kuat. Sumber-sumber pemasukan negara begitu besar, terutama dari kepemilikan umum seperti hasil pengelolaan SDA yang secara syar’i wajib masuk ke kas negara. Dengan demikian, persoalan dana tidak akan menjadi penghambat yang serius bagi mitigasi bencana.
Umat hanya perlu melipatgandakan ketakwaan, meyakini bahwa segala ketetapan Allah, termasuk bencana adalah baik baginya. Ini sebagai bentuk ujian yang datang kepada hamba-Nya yang bertakwa. Dengan ketakwaan yang menghiasi diri, segala ujian disikapi positif oleh Muslim. Karena pada hakikatnya, seorang Muslim memang harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dengan ketakwaan ini, Muslim yang terkena bencana akan bertambah keimanannya dan naik derajatnya di sisi Allah.
Sementara itu, Negara menjamin atas segala pemenuhan kebutuhan untuk seluruh masyarakat yang berada di bawah naungannya, sehingga umat tidak perlu lagi merasa risau dan resah jika bencana datang sementara mereka kehilangan hartanya. Dengan mitigasi dan persiapan yang ideal, tentu umat akan lebih cepat pulih dan bisa kembali normal menjalani hidupnya.
Begitulah persiapan menghadapi dan mitigasi bencana dalam kacamata Islam yang tidak mustahil diwujudkan. Namun, hanya dengan penerapan Islam secara kaffah saja yang bisa merealisasikannya.
Wallahu’alam bishowab.