15 SMA/ SMK di Garut, Mulai KBM Tatap Muka Terbatas

Reporter : Liputan Khusus

GARUT, SILATJABAR, COM,- Sejak sepekan ke belakang,  ada 15 sekolah yang berada di wilayah selatan Kabupaten Garut telah memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka secara terbatas. Diantara sekolah yang menggelar KBM tatap muka itu antara lian, 9 SMA dan 6 SMK.

Kepala Kantor Cabang (KCD) Pendidikan Provinsi Jawa Barat Wilayah XI Garut, Asep Sudarsono menjelaskan, ada 15 sekolah yang sebelumnya sudah melewati verifikasi kesiapan sarana dan prasarana sekolah.

“Sekolah dinyatakan layak menggelar KBM tatap muka secara terbatas lantaran kasus Covid-19 wilayah selatan Kabupaten Garut dinilai terkendali. Itu hasil verifikasi bersama gugus tugas kecamatan. Memang di sana nihil kasus Covid-19,” jelas Asep Sudarsono. Seperti dikutip RP, Selasa (24/11/2020).

Walau begitu, kata Asep. Untuk pertemuan di sekolah tetap ada pembatasan, hanya 4 jam saja. Itupun,  dimulai jam 07.0 sampai 11.00. Dan sekolah juga wajib menerapkan protokol kesehatan.

“Kapasitas di dalam kelas juga dibatasi, maksimal hanya 50 persen dari kapasitas maksimal. Kita ikuti semua prosedur itu. Memang, baru seminggu kemarin dibukanya,” kata Asep.

Sementara untuk sekolah di wlayah Utara dan Perkotaan Kabupaten Garut, dijelaskan Asep. Sejauh ini, belum ada satupun yang diizinkan menggelar KBM tatap muka karena kasus Covid-19 dinilai masih tinggi.

Menurutnya, sebetulnya sudah banyak skolah di perkotaan yang lolos verifikasi terkait protokol kesehatan. Namun, wilayah sekolah itu masih termasuk ke dalam zona merah penyebaran Covid-19.

“Karena masih zona merah, jadi masih secara daring. Namun secara umum kesiapan sekolah sebenarya sudah cukup baik. Tinggal posisi zona saja,” ungkapnya.

Pemerintah pusat, disebutnya memang telah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk izin operasional KBM tatap muka. Kendati begitu, pihaknya tetap akan melakukan verifikasi sesuai standar yang seharusnya.

Baca Juga :  Ada Apa Dengan Dunia Anak? Kekerasan Merajalela

Proses verifikasi yang dilakukan, dijelaskan Asep, adalah mulai dari sarana prasarana hingga kurikulum dan guru.

“Kalau memang kondisi di wilayah tak memungkinkan, walaupun ada izin, kita tetap mengutamakan kesehatan siswa, guru dan orang tua,” jelasnya.

Pihaknya mengaku tidak akan membiarkan KBM tatap muka kalau kasus Covid-19 di wilayah sekolah masih tinggi. Menurutnya hal tersebut harus dilakukan karena khawatir sekolah akan menjadi pusat klaster penyebaran Covid-19.

“Kegiatan di sekolah itu melibatkan banyak orang dari berbagai wilayah. Kalau di sekolah terjadi (kasus), khawatir masuk ke masyarakat, semakin banyak yang terkena Covid-19,” sebutnya.

iklan:

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Totong mengaku belum bisa memastikan kapan KBM tatap muka untuk SD dan SMP akan dibuka walau Kemendikbud sudah memberi lampu hijau kepada setiap daerah.

Totong mengaku masih merasa takut kalau dilaksanakan KBM tatap muka karena tren kasus Covid-19 di Garut masih meningkat.

“Harus hati-hati untuk menentukan sekolah tatap muka ini. Yang jadi pertimbangannya trend (Covid-19) masih naik. Bagaimana kalau terjadi outbreak, itu kami khawatirkan,” ucapnya.

Ia mengungkapkan bahwa saat KBM tatap muka dilakukan, setidaknya 600 ribu siswa yang akan masuk sekolah. Oleh karena itu diperlukan pertimbangan matang untuk membuka sekolah agar tidak menjadi klaster baru.

“Kalau 1 persennya saja (terpapar Covid-19) maka akan ada 6 ribu orang. Makanya masih dipertimbangkan,” ungkapnya.

Bupati Garut, menurut Totong telah meminta agar KBM tatap muka diberlakukan setelah ada vaksin Covid-19. Oleh karena itu, menurutnya kecenderungan diberlakukannya KBM tatap muka untuk SD dan SMP di Kabupaten Garut setelah adanya vaksin. “Kalau Januari sudah ada vaksin, tak apa-apa sekolah dimulai,” ucapnya.

Baca Juga :  SMK Jabar Tingkatkan Kompetensi di Bidang Elektronika, Gaet Industri

Sekolah, menurutnya bisa menjamin bisa melakukan sterilisasi lingkungannya, namun bisa saja siswa terpapar saat berangkat sekolah. Apalagi saat siswa harus menggunakan angkutan umum dan berkerumun sehingga tingkat kerawanan terpapar di jalanan semakin meningkat.

Meski begitu, Totong mengaku tidak menentang kebijakan yang dikeluarkan Kemendikbud terkait membuka sekolah di awal tahun 2021. “Prioritas utama kalau sudah ada vaksin baru akan dibuka. Kalau SMA/SMK atau perguruan tinggi mau dibuka silakan. Beda sama anak SD dan SMP yang harus dibimbing guru agar patuh ke protokol kesehatan. Makanya belum berani untuk buka sekolah,” katanya.

Rektor Universitas Garut, Abdusy Syakur Amin menyebut bahwa KBM tatap muka, termasuk perkuliahan di kampus-kampus, pihaknya tetap menunggu arahan dari Pemerintah Daerah. “Tentu kami sudah rindu dengan perkuliahan tatap muka ini. Cuma semuanya bergantung kepada Pemkab Garut,” sebutnya.

Saat ini, pihak kampus, sambil menunggu arahan dari Pemerintah Daerah, mulai menyiapkan berbagai hal, termasuk di dalamnya teknis pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Covid-19. Selain arahan dari Pemerintah Daerah, menurutnya yang tidak kalah penting adalah perizinan dari orang tua.

Selain itu, pihaknya juga akan melakukan survei terlebih dahulu kepada dosen dan mahasiswa terkait rencana perkuliahan tatap muka.

“Kampus tak bisa membuat keputusan sepihak dalam melaksanakan tatap muka. Harus ada kesepakatan semuanya dari dosen, mahasiswa dan orangtua. Nanti akan dimatangkan dulu teknisnya juga,” tutupnya.**

Iklan: