Oleh Yanyan Supiyanti, A.Md.
Pendidik Generasi
KEMISKINAN merupakan persoalan krusial yang melanda banyak negara, tidak terkecuali Indonesia, khususnya Jawa Barat.
Sebanyak 13 perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa Barat (Jabar) digandeng Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menekan angka kemiskinan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
MoU dengan 13 perguruan tinggi dan penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Kemensos pada Jumat (7/3) bertempat di Poltekesos Jalan Ir H Djuanda Kota Bandung.
Setiap perguruan tinggi memiliki lembaga pengabdian masyarakatnya sendiri. Diharapkan dengan kolaborasi ini, percepatan penurunan angka kemiskinan di Jabar bisa terwujud. Kontribusi besar dalam penurunan angka kemiskinan diharapkan dari Kepala Daerah yang baru. (Detik Jabar, 7-3-2025)
Tidak Menyentuh Akar Persoalan
Persoalan kemiskinan tidak akan tuntas meski melibatkan banyak kampus, selama program yang dilakukan parsial atau tidak menyentuh akar persoalan. Persoalan kemiskinan Jabar bersifat sistemik, diakibatkan oleh sistem ekonomi kapitalisme berbasiskan sekuler yang tengah diterapkan hari ini.
Persoalan kemiskinan ini erat kaitannya dengan kesulitan ekonomi. Penerapan sistem ekonomi kapitalisme memberikan kebebasan kepemilikan kepada para pemilik modal (kapital). Para kapital bebas mengeruk sumber alam sekaligus menjualnya.
Kemiskinan yang makin tinggi dan ketimpangan antara si kaya dan si miskin makin menganga. Lalu, gelombang PHK massal yang terus mendera negeri ini, serta UMKM yang banyak gulung tikar.
Dampak lain dari kemiskinan pun makin meningkat, misalnya stunting masih tinggi karena asupan gizi yang baik bagi anak tidak mampu diberikan orang tua.
Para ayah stres tidak memiliki pekerjaan akibat PHK. Tingginya beban ekonomi tidak sebanding dengan penghasilan yang mengakibatkan konflik sosial, seperti perampokan, pembegalan, pencurian, dll.